Â
RISK APPETITE PERUSAHAAN SECARA UMUM
Secara umum, risk appetite Perusahaan mengacu pada Pedoman Umum Manajemen Risiko PLN Nusantara Power yang berlaku. Namun, dapat pula berupa risiko di atas risk appetite yang telah ditentukan dimana dapat diterima dalam rentang waktu tertentu dengan mengimplementasikan perlakuan risiko yang ketat agar menurun ke sekurang-kurangnya hingga tingkat maksimal dari risk appetite yang berlaku.
Untuk mewujudkan visi dan misinya, PLN NP menetapkan target profil risiko agregat yang moderat dan stabil, dengan garis besar panduan appetite berdasarkan taksonomi risiko sebagai berikut:
1. RISIKO STRATEGIS
Perusahaan dalam menghadapi risiko-risiko terkait reputasi perusahaan pada setiap proses bisnis maupun organisasi secara korporat karena menampilkan citra perusahaan yang dapat mempengaruhi turunnya reputasi di mata partner, pemerintah, dan masyarakat serta adanya perubahan organisasi dan budaya perusahaan (dari aset-based ke investment-based), maka perusahaan mengelolanya dengan LOW APPETITE.
Proses memastikan pengelolaan terhadap portofolio bisnis perusahaan dikelola dengan MEDIUM APPETITE, dengan membuka kesempatan pengembangan lebih terhadap portofolio bisnis sesuai dengan kompetensi dan kemampuan mengembangkan kompetensi seperti portofolio Anak Perusahaan dan Afiliasi (APPA) yang progresif dan kemitraan yang terbuka.
Dalam rangka mendukung usaha pencapaian sasaran New Curve, terutama untuk bisnis Beyond Power dan akuisisi/perluasan pasar baru, perusahaan akan mempertimbangkan mengambil risiko terkait portofolio bisnis, termasuk aksi korporasi untuk bisnis baru PLN NP Group, dengan pengelolaan risiko HIGH APPETITE.
Perusahaan tidak memiliki niat untuk melanggar peraturan perundangan, ketentuan hukum, atau regulasi pemerintah dalam bentuk apapun. Namun demikian, PLN NP menyadari adanya kemungkinan interpretasi regulasi eksternal yang mempengaruhi portofolio perusahaan atau perbedaan penafsiran dalam pelaksanaannya. Aktivitas/tindakan yang mungkin menimbulkan perbedaan penafsiran seperti itu dikelola dengan MEDIUM APPETITE dengan kewajiban untuk melakukan kajian/pendapat hukum yang memadai.
2. RISIKO FINANSIAL
Perusahaan dalam menjalankan proses bisnis memiliki sasaran untuk mempertahankan kelangsungan keuangan jangka panjang dan kekuatan keuangan secara keseluruhan. Oleh karena itu, terkait bagaimana perusahaan bersaing dalam diversifikasi produk, layanan, serta penetrasi pasar dan ketersediaan likuiditas untuk operasional dan investasi akan dikelola perusahaan dengan MEDIUM APPETITE.
Selain itu, sesuai dengan kebijakan perusahaan untuk dapat mengembangkan usaha guna memperoleh pasar yang lebih luas, perusahaan memastikan kelayakan suatu pengembangan usaha maupun proyek investasi lainnya, terutama dari sisi kelayakan finansial seperti Return on Investment atas suatu kegiatan investasi, yang akan dikelola perusahaan dengan MEDIUM APPETITE.
Adapun pelaksanaan Covenant pinjaman dari PLN Group akan dikelola perusahaan dengan NO APPETITE.
3. RISIKO OPERASIONAL
Terkait pencapaian dan kenaikan Biaya Pokok Produksi (BPP) dalam konteks korporat maupun regional PLN, baik untuk kegiatan pengelolaan pembangkit maupun pengembangan pembangkit, dikelola dengan LOW APPETITE.
Dengan memahami posisi perusahaan yang harus mengikuti kebijakan dan target induk perusahaan tahunan, maka terkait kontrak kinerja dan kontrak manajemen dikelola dengan LOW APPETITE.
Penyediaan energi primer merupakan hal yang tidak dapat lepas dari operasional pembangkit. Selain harus memastikan kontinuitas dan kualitas energi primer & alternatifnya serta kesiapan terhadap sistem, perusahaan juga harus menyeimbangkan dengan kondisi lapang terhadap penyaluran dalam penyediaan energi primer. Oleh karena itu, perusahaan mengelola hal tersebut dengan MEDIUM APPETITE.
Sedangkan untuk pengelolaan sumber daya manusia terhadap kesiapan dari sisi jumlah maupun kompetensi, serta dengan memahami perkembangan teknologi yang sangat pesat yang mempengaruhi pasar di masa depan, dengan opsi pengelolaan yang cukup lebar di dalamnya, maka perusahaan mengelola hal tersebut dengan HIGH APPETITE.
4. RISIKO PROYEK
Proyek merupakan hal yang tidak pernah lepas dari operasional perusahaan, baik itu yang berupa proyek pengembangan usaha maupun proyek investasi lainnya untuk mendukung operasional perusahaan. Di mana Commercial Operation Date yang penuh dengan ketidakpastian namun harus selalu tetap terjaga ketercapaiannya, akan dikelola perusahaan dengan MEDIUM APPETITE.
Sedangkan untuk pendanaan dan kualitas proyek, akan dikelola perusahaan dengan LOW APPETITE karena perusahaan memiliki sasaran agar proyek tersebut tepat waktu dan biaya dengan kualitas yang baik. Maka diawali dengan perencanaan dan kesiapan dari sisi pendanaan proyek tersebut, kepastian dari pendanaan sangat diperlukan dalam menjalankan suatu proyek.
5. RISIKO KEPATUHAN
Perusahaan menjunjung tinggi amanah dan integritas, selalu berkomitmen untuk mencegah terjadinya kecurangan, baik perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam maupun luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau kelompoknya, yang secara langsung merugikan pihak lain. Oleh karena itu, perusahaan akan mengelola dengan NO APPETITE terhadap keputusan/tindakan yang mengorbankan nilai inti tersebut, walaupun menghasilkan efisiensi, keuntungan, pertumbuhan, dan/atau manfaat besar bagi PLN NP. Adapun etika, baik perorangan maupun bermasyarakat di lingkungan kerja perusahaan, akan dikelola dengan LOW APPETITE.
Skala Risk Appetite yang digunakan dalam perusahaan adalah sebagai berikut:
1. LOW APPETITE
Dimana risiko yang sedapat mungkin diminimalkan dengan tetap mempertahankan terpenuhinya tingkat layanan (service level) yang ditetapkan. Persentase kemungkinan terjadinya risiko di level < 3% dan tingkat toleransi terhadap dampak < 10%.
2. MEDIUM APPETITE
Risiko yang diambil pada aktivitas yang memiliki konsekuensi komersial dan/atau manfaat lainnya yang terbatas. Persentase kemungkinan terjadinya risiko 3 % < X < 10% dan tingkat toleransi terhadap dampak < 30%.
3. HIGH APPETITE
Risiko yang diambil pada aktivitas yang memiliki konsekuensi komersial dan/atau manfaat lainnya yang lebih terbuka. Persentase kemungkinan terjadinya risiko 10 % < X < 30% dan tingkat toleransi terhadap dampak < 50%.
4. NO APPETITE
Komitmen Manajemen untuk Tidak Ada Toleransi dalam menerima terjadinya risiko tersebut. Dimana risiko pelaksanaan yang dilarang untuk diambil. Aktivitas/tindakan yang memiliki risiko yang dilarang, wajib dihindari baik dalam kapasitas pribadi maupun dalam korporat.